Sunday, July 06, 2014

Dalam mimpi

Jalan berkelok.
Hutan.
Tentang aku.
Tentang kamu.
Tentang lalu.

Tetiba hati ini..
Rasalah mimpi.
Teringat lagi.

Menghilang sajalah.

De-

Monday, April 14, 2014

Cerita Raka - Nambah Tempat Terapi Lagi

Mulai awal bulan April ini, ceritanya nyobain nambah jadwal terapi wicara buat Raka. Tapi gak mau ditempat yang selama ini Raka terapi (di JMC). Denger-denger dari ibu-ibu yang anaknya terapi di JMC juga, mereka juga terapi di klinik MH. Thamrin namanya, lokasinya didepan BTC bekasi. Kliniknya memang lebih fokus ke terapi wicara dan fisioterapi. Gak ada terapi SI atau OT seperti klinik tumbang kebanyakan. Tapi lagi katanya sih bagus sistem pengajarannya. Khususnya untuk terapi wicaranya. Karena kepala terapis disitu memang khusus terapis wicara. Akhirnya saya dan ayahnya raka memutuskan untuk mencoba tempat terapi tersebut. Lokasinya dipinggir jalan dan searah dengan arah pulang kerumah memudahkan kami menjangkau tempatnya, waktu itu kami kesana setelah terapi raka di JMC, karena si ayah kebetulan ijin masuk kerja setengah hari, jadi sekalian deh dateng ke klinik itu. Tempatnya kecil, hanya sebuah ruko yang dijadikan klinik. Ruang terapinya pun sangat kecil, hanya sekitar 2x3m lah. Cukup untuk satu anak dan satu terapis duduk tanpa lari-lari. Hihihi. Dan ajaib, Raka bisa masuk ruangan terapi tanpa ditarik-tarik. Nyelonong aja gitu masuk ruangan masih pake sepatu pula. Beda banget sama kalo terapi di JMC.

Awalnya kami melakukan sesi observasi dulu dengan kepala terapis disana, namanya Ibu Imbang. Yah seperti observasi ditempat lain yang sebelumnya kami beberapa kali lakukan. Kami ditanya ini itu seputar riwayat sedari saya hamil hingga aktivitas keseharian Raka dirumah. Hasilnya, lagi-lagi seperti yang kami duga, karena faktor lingkungan dan kurangnya sosialisasi dengan orang banyak yang membuat sifat autistik Raka berkembang. Yah itu sih hasil observasi dari si Ibu Imbangnya yang melihat sekilas barangkali. Ntah dari segi medisnya mah. Toh sampai saat ini, saya dan ayahnya Raka memang belum mencoba melakukan tes medik untuk Raka. Pengen sih, tapi kebentur biaya yang mihil sangad. = ='

Akhirnya, setelah sesi observasi, Raka dikasih dua kali jadwal terapi wicara. Untungnya jadwalnya dihari yang sama dengan terapi di JMC, cuma beda jam aja. Biar sekalian gitu, gak tiap hari banget. Seminggu 3 kali terapi aja udah cape banget kayaknya. Sekarang malah ditambah jadwal lagi. Hehehe. Semangat ya Raka, biar cepet bisa ngomong. 

Mudah-mudahan ada hasil dibalik jerih payah kami ini. Walau sebenarnya faktor keseharian Raka dirumah juga masih belum ada perbaikan (dari diri sayanya). Kadang saya masih terlalu cuek sama Raka dan membiarkan Raka beraktivitas sendiri, masih ngasih main hape, nonton video di tv atau laptop. Kadang susah membagi waktu untuk bermain sama Raka dan mengurus pekerjaan rumah. Malah kadang kalau udah mumet sama semuanya, saya malah asyik main game di hape, ditinggal aja semua kerjaan dirumah gitu. *kacau nih bunda*. Jadi merasa bersalah. *tapi nanti kesalahannya diulang lagi diulang lagi diulang lagi*

T.T

Anyway, semoga gak sia-sia nambah terapi buat Raka ya. Biarin ayah sama bunda yang berjuang untuk Raka. Kami akan mencoba menjadi lebih baik. Tolong sabar ya nak. Suatu hari nanti, pasti. Bunda juga akan selalu bersabar menunggu Raka berkata, "Bunda... I love you!".

Love you more, Raka Fathir Dhiyaurrachman.

Saturday, March 22, 2014

Khilaf

Saat hati berkata lelah
Namun keadaan tidak membiarkannya
Dinding ini saksinya
Bisu menatap wajah basah
Namun tak henti juga air mata ini mengalir.

Aku bersalah
Aku berdosa
Aku khilaf

....

Monday, March 03, 2014

Thr3e

Three years ago. At 1.11 pm.
He's jumping out of my belly.
A little red man with a tiny hand holding my finger.
He's looking at me like want to say thank you for giving him a birth.
No, my dear son..
It's me who should said thank you for being my special son. Thank you for choose me as your mom. Thank you for giving me a priceless moments every single day. And I'm sorry for being a cold-hearted and careless mom.
I'm really sorry.

Happy birthday my adorable son.
You're always be my special boy.
♥ My SUPERBOY ♥

Saturday, February 15, 2014

Sayangi Dirimu dan Orang Sekitarmu

Well, beberapa waktu lalu ramai yang men-share link di beberapa sosmed. Sebuah postingan blog yang diberi judul "Surat terakhir untuk kaka". Isinya tentang orang tua yang kehilangan anak batitanya yang masih berusia 18 bulan karena masalah kesehatannya. Dilihat dari tanggal postingannya tahun 2012, sudah 2 tahun lalu, namun sekarang kembali tersebar dan membuat gempar para orang tua khususnya. Isinya menyentuh, sungguh. Saya menangis membacanya. Betapa tidak, seakan tertampar dengan kenyataan bahwa penyebab sakitnya adik Queena tersebut karena tercetus dari lingkungan dan salah satunya karena asap rokok.

Miris.

Seakan berkaca pada kenyataan, kami juga tinggal di dalam lingkungan yang penuh dengan asap rokok.  Saya akan bercerita tentang kami sekeluarga dan hubungan akrab kami dengan rokok.

Jujur saja, saya pun perokok berat. Tapi itu dulu. Saya merokok sejak usia 15 tahun. Ngga percaya? Terserah, tapi itu benar. Dulu saya merokok bukan karena ingin dianggap gaul dan keren. Tapi otak kecil saya sudah diajak berpikir bahwa perokok pasif lebih berbahaya dari pada perokok aktif. Makanya lebih memilih mending jadi perokok aktif aja sekalian. Toh resikonya sama aja. Kenapa saya berpikir begitu? Karena sejak saya kecil, bahkan mungkin sebelum saya dikandung oleh ibu saya, beliau adalah perokok. Begitupun ayah saya. So, sedari lahir pun di rumah saya sudah terbiasa dengan asap rokok. Hingga sekarang. Tapi sayangnya semua anggota keluarga saya masih utuh. Belum ada yang mati karena rokok.

Damn.

Dulu saya terbilang gak terlalu peduli dengan cemoohan orang yang melihat saya 'berjilbab tapi merokok'. Demi Allah, kalau mengingat masa itu, saya malu. Sungguh. Bahkan si akang sebelum mengenal saya, bukan seorang perokok. Tapi begitu kami mulai dekat, dia pun jadi perokok hebat. Didukung dengan lingkungan kawan-kawan kantor dan kampus dengan kelas kuliah malam, yang selalu ada saja kesempatan beralasan menghangatkan diri dengan isapan rokok. Astagfirullahaladziim.

Setelah menikah, saya pun tidak ada rencana untuk berhenti merokok. Begitu pun suami, walau si akang sempat mulai menyatakan  ketidaknyamanannya dengan rokok. But, we're keep smoking. Until those things called test pack gives us two red lines. Setelah menunggu sekitar 6 bulan pernikahan kami yang selalu berbuah kegagalan setiap liat hasil test pack.
Yeap, saya berhenti merokok begitu hasil test pack menyatakan positif (padahal sejam sebelumnya saya masih sempat merokok karena tegang melihat hasil test  packnya, yang berarti saya merokok dalam keadaan HAMIL).

Totally stopped smoking. Si akang pun komit, ga ngerokok juga baik di rumah atau di kantor. And he really did it, so do I (Ya lah, kan lagi hamil). Dan sejak itu, saya sebel banget deket-deket orang ngerokok. Apalagi pas awal hamil itu saya harus pp bekasi-kedoya pake bis. Dan kalo lagi ga beruntung dapet bis AC, bis ekonomi isinya perokok semua. Pusing banget. Di rumah pun begitu, sebisa mungkin saya menjauh kalau papa atau mama lagi ngerokok, bahkan saya marah-marah kalau mereka ngerokok didalem rumah (saya dan si akang saat itu masih numpang dirumah orang tua saya). Tapi susah lah ngelarang mereka. Tetap aja ngeyel. Kalo udah begitu, saya bisa apa? Cuma diem dan kesel dalam hati aja.

Begitu juga setelah Raka lahir, emang orangtua saya ngga ngerokok didalam rumah tapi diteras rumah. Namun sayangnya letak teras itu tepat didepan kamar kami. Dan kamarnya pake AC, jadi kalau mereka ngerokok diteras, asapnya tetap aja berasa loh masuk ke dalam kamar. Setiap mencoba untuk menjelaskan bahwa kamar kami kena asap rokok dari luar, mereka tetap bersikeras merokok. Akhirnya saya dan si akang cuma bisa diam saja. Sambil terus berdoa semoga tidak terjadi apapun dengan Raka dan kami tentunya yang setiap kali harus menjadi perokok pasif.

Beberapa bulan sebelum raka genap setahun, kami memutuskan pindah ke rumah kontrakan selagi menunggu rumah baru kami dibangun dan direnovasi. Saya cukup senang bisa jauh dari rumah orang tua, setidaknya biar bisa sedikit menghirup udara tanpa asap rokok. Hingga sekarang kami tinggal di rumah kami sendiri pun, Alhamdulillah tidak pernah tercetus untuk saya dan si akang untuk merokok lagi.

Hanya yang saya sesalkan, orangtua saya masih saja sampai sekarang tetap merokok. Masalahnya setiap jadwal Raka terapi, saya dan Raka selalu dijemput oleh mama/papa. Dan karena tempat terapinya deket rumah mereka. Mau ngga mau pasti harus nyimpang dulu sebelum dan sesudah terapi. Otomatis, Raka masih harus terpapar dengan asap rokok lagi. :(
Dan yang paling membuat saya cukup kesal adalah kebiasaan orang tua saya yang selalu menciumi Raka setiap mereka habis merokok. Bahkan kadang memaksa nyium Raka dengan dua jari mereka masih tersemat rokok yang menyala. Huffh..
Bahkan saya sendiri sekarang jadi jarang cium tangan kalau pamitan sama orang tua, karena itu tangan, badan, bahkan mulut mereka pun tercium aroma rokok cukup menyengat. *duh, durhaka ya saya* -_-'

Tapi saya bisa apa...?
Sampai sekarang pun saya masih ngga bisa memberikan mereka masukan positif tentang bahaya merokok. Bukan untuk mereka, tapi untuk Raka. Dan kami yang tidak merokok, tapi sangat mungkin ikut-ikutan diracun oleh nikotin.
Omongan apapun yang saya lontarkan seakan memantul entah kemana. Sesekali seperti mendengar, di lain waktu ya sudahlah..

Bahkan saya kadang selalu merasa keadaan Raka jadi autis itu akibat saya dulu merokok dan akibat orang tua saya yang merokok. Ya Allah... kalau itu benar, hukum saya Ya Rabb.. T.T

Entah harus bagaimana lagi saya bersikap. Belum menemukan cara yang tepat untuk membuat mereka berhenti merokok.
Apa harus menunggu hingga menyesal dulu kah? Harus terjadi sesuatu yang buruk dulu kah?
Ntah.. Saya belum bisa menjawabnya. Karena keadaan kami masih baik-baik saja hingga sekarang.

Semoga saja hal buruk itu tidak terjadi. Semoga kami dan mereka tidak perlu menyesal dikemudian hari. Semoga mereka dan kalian yang masih mendewakan rokok bisa segera tersadar.

Pikirkan masa depan anak-anak kalian. Pikirkan diri kalian sendiri.

Kita hanya bisa berdoa.

Wednesday, November 06, 2013

Cerita Raka - Terapi Totok

Apa itu terapi totok? Ya pijet totok aja biasa, kayak dipijet-pijet gitu dibenerin kalo ada urat dan saraf yang salah. Ada namanya mama Arya, temen terapi raka kalo hari rabu ngasih tau ada orang yang bisa terapi totok dan bisa nyembuhin gangguan saraf gitu. Dia bilang udah pernah ada anak autis yang diterapi juga ke beliau, dan sekarang udah lancar ngomong. Ow.. jadi tertarik nih.

Akhirnya janjian sama mama arya ikutan terapi totok barengan dirumahnya arya. Kebetulan hari selasa kemarin kan libur tahun baru muharam si ayah libur, jadi bisa nganterin deh ke rumah arya. Pengen liat katanya gimana terapi totok.

Begitu bertemu orangnya namanya bapak H. Amin, raka langsung ditelanjangin, kasih hape buat mainan trus tengkurep. Mulai deh dipijet-pijet biasa. Dicariin sama pak haji itu urat saraf yang katanya nyengsol alias melintir gitu. Yang berpengaruh ke saraf nalar sama motoriknya jadi berpengaruh sama ketidakmampuan bicaranya, apalah katanya gitu deh.
Katanya Raka ada yg salah di saraf tulang belakang sebelah kiri. Well.. pak haji terus aja pijet-pijet gitu pake baby oil. Untungnya Raka anteng aja gitu dipijet. Hehehe. Nangis pas pak haji udah mulai neken-neken pake alat totokan macem ulekan kayu gitu, sakit kali ya. Badannya Raka sampe merah-merah. Heu.. Tapi ditega-tegain deh, kan namanya juga ikhtiar kali aja bisa bikin Raka sembuh. Hehehe.

Hampir setengah jam Raka di pijet totok, sampe keringetan jejeritan gamau di pijet lagi. Kesian liatnya, tapi badannya keliatan udah enakeun deh, abis udah beres pijet Raka ceria aja gitu kayak gada apa-apa. Hihihi.

Kata pak haji, insyaallah kalo bisa rutin terapinya bisa bantu mempermudah penyembuhannya. Mudah-mudahan Raka bisa secepatnya ngomong. Karena ini baru pertemuan pertama kali ya, jadi ya emang belum ada perubahan lah ya. Kita lihat nanti. Mudah-mudahan ada hasilnya. Aamiiiin ya rabbal alamiin...

Si ayah pun dah kasih ijin untuk rutin terapi totok juga. Katanya ini emang dipijet urat saraf mah ga papalah. Masih masuk akal kalo metode penyembuhan dari pijetan. Cuman yang meragukan kalo terapinya yang cuma di usap-usap, disembur air, atau disuruh makan/minum ini itu. Ntar malah takutnya termasuk musyrik. Naudzubillah... jangan sampe deh. Hehehe.

Insyaallah si pak hajinya juga bukan pak haji jadi-jadian deh. Masih menyerahkan segalanya sama Allah. Beliau juga biasa pijet totok untuk berbagai penyakit dalam dan syaraf. Dan Alhamdulillah katanya banyak yang berhasil dan sembuh. Tapi ya itu tetep rutin terapinya. Gak bisa lah sekali doang langsung sembuh. Serem deh kalo gitu mah. Prakteknya juga deket di bekasi juga. Jadi bisa tiap seminggu sekali ketemu deh. :)

Mudah-mudahan ya, nak. Kita terus berikhtiar. Semoga Allah mengabulkan harapan ayah, bunda dan orang-orang yang sayang sama Raka. Aamiiiin. 

Monday, October 21, 2013

Cerita Raka - Officially Weaned

Ihiiy sekarang Raka udah bener-bener resmi disapih. No nenen for bedtime. No rengek-rengek tengah malam cari nenen. Paling bangun malem karena haus, kasih minum air putih terus tidur lagi deh. Alhamdulillah... seneng banget. Bangga juga sama Raka. Ternyata bisa juga. You are rock, kiddo!! b^^d

And now, he is officially weaned. Dengan total trial selama tiga minggu. He he he. Karena beberapa minggu kemarin, bunda dan ayahnya Raka bener-bener mengalami exhausted nights banget. Always had a late sleeps. Bikin mood naik turun aja deh kalo kurang tidur. Raka pun masih aja rengek-rengek kalo mau bobo. Makin lama ngerengeknya, makin malam bobonya. Dulu biasanya jam 9 udah bisa bobo, sekarang paling cepet bobo jam 10an atau bisa sampe jam 11. But it's okay. Setidaknya sekarang udah bisa dong diajak bobo sendiri tanpa nenen. Cukup nyalain slideshow pictures+music di hape, Raka anteng ngeliatin poto-poto narsisnya sambil nguap sesekali, tidur deh. Haha.

Bisa ngASI selama 2tahun 7 bulan itu.. sesuatu banget deh! Perjuangannya ga mudah ternyata. Walau Raka pernah sempet kena sufor walo cuma sekali dua kali. Tapi itu gak menyurutkan niat buat terus ngASI. Tapi jadi pembelajaran buat masa depan. Kali aja entah kapan dikasih rejeki lagi buat bisa bertanggung jawab lngasuh anak. Aamiiiin. 

Well done, Raka! Bunda so proud of you. Someday you read this, I just want you to know that I feel sorry for everything. I love you more than anything, son :*

Monday, September 30, 2013

Cerita Raka - Weaning Mendadak Drama

Aih, judulnya asik ya? Hehehe... Kenapa weaning harus menjadi drama? Karena emang sangat menguras air mata, ya air mata Raka, ya air mata bundanya juga. Klo ayahnya Raka? Ga pake air mata sih, cuma bantu menenangkan Raka dan sesekali ngelus-ngelus bunda pas nangis.

Proses mau nyapih Raka sebenernya udah mulai dilakukan sedari Raka mulai usia 2 tahun. Tapi selalu berakhir dengan kegagalan karena kasian dan ga tega liat Raka mengamuk hebat setiap malam. Dan menguras energi ayah-bundanya harus begadang semalaman. Akhirnya sampai Raka usia 2.5 tahun gini, masih aja wajib 'nen' menjelang bobo. Emang bertahap sih, dulu tiap kali mau nen, mesti harus dikasih. Gak cuman menjelang bobo. Sekarang udah dikurangi, nen cuma pas mau bobo siang dan malam.

Eeh tapi sekarang mau ngga mau, Raka harus stop nen. Ga direncanain sih, ini semua berawal dari si gigi geraham bunda yang keropos harus dicabut dan si dokter ngasih oleh-oleh serangkaian obat ab dan painkiller supaya proses penyembuhan pasca cabut giginya cepat. Dan obatnya ternyata gak bisa buat busui. Well, otomatis Raka kudu ngalah disapih dong daripada kenapa-kenapa maksain tetep nen. Lagian dari segi umur kan Raka udah bisa disapih.

Waktu tindakan cabut gigi kebetulan malam hari pas hari sabtu kemarin. Beberapa jam pasca cabut gigi dan efek si anastesi mulai hilang, bundanya minum obat. Otomatis Raka mau bobo gak dapet nen. Akhirnya drama dimulai, rengek-rengek, nangis, guling-gulingan, sampe banting diri ke kasur. Aw aw.. dramatis sekali Raka inih. Segala pengalih perhatian udah dicobain, dari gendong-gendong sambil nyanyi, mimik susu kotaknya Raka, nonton video sampe main games. Tapi ga berhasil bikin Raka lupa sama ritual 'wajib nen menjelang bobo'. Hmmphh -_-'

Efek sakit pasca cabut gigi dan mulut masih terus ngegigit kain kasa dengan darah masih netes-netes di jahitan gusinya ditambah amukan dahsyat Raka. Bener-bener exhausted night banget deh. Tapi ayah-bundanya masih bisa nyantai karena hari minggu kan masih libur. Si ayah bisa bantu gantian menenangkan Raka. Akhirnya dengan keukeuh tangannya Raka masuk baju bunda, dibiarin aja deh pegang-pegang PD sambil liatin bunda main games di hape, Raka tidur sambil nemplok di dada. Heuu.. Finally!

Tapi semalam, hari kedua proses menyapih ini jadi lebih dramatis lagi. Awalnya Raka masih asik-asik aja ditolak pas minta nen, dia masih loncat-loncat dan keketawaan sambil main hape. Sejam nyantai, dua jam mulai gelisah, dua setengah jam kemudian ngamuk lagi deh. Nangis lagi berdua. Bunda sampe mohon-mohon ke Raka sambil cerita kalau nen bunda ada obatnya, Raka gak bisa nen lagi. Entah ngerti atau ngga, Raka ngambek, munggungin bunda dan.. tidur!

Owalah.. Berasa kayak dicampakkan begitu saja hati bundamu ini nak.. Bunda minta maaf... T.T Berderailah air mata ini, jadi makin gak bisa tidur nungguin Raka sambil sesenggukan semaleman. Hmmfhh.. Dramatisasi malam tadi bener-bener deh, membuat konspirasi hati semakin gundah dan labil *ehh*.

Ntah drama apalagi malam-malam nanti.Mudah-mudahan bisa berhasil nyapih Raka sampe bener-bener stop nen. Maaf, ka.. Bukannya gak mau terusin ngASI buat Raka. Tapi adakalanya bunda terganjal sama keadaan. Hiks.. Sediiiiiiiihnya.. :'(((

Ini ngeblog sambil nungguin Raka terapi dan menahan kantuk yang luar biasa bikin kepala kliyengan. Pengen tidur, pengen gak pake drama weaning Raka, pengen cepat berakhir dan kembali ke masa kami baik-baik saja menjalani hari.

Ya Allah... beri kami kekuatan.

Yok ah, semangat bundanya Raka! *self motivation* ;')

Sunday, August 11, 2013

Happy Ied Mubarak 1434 H

Taqoballahu minna wa minkum.. ^_^

Thursday, July 18, 2013






Kenapa saya, Ya Allah?



Saturday, July 06, 2013

My Little Prince



Keep smiling, my dear son
 ♥ you always

Friday, June 28, 2013

Cerita Raka - 3rd Opinion

Entah kenapa ya, mulai males dan kesel deh nganter Raka terapi ke hermina. Bahkan udah sebulan ini, Raka cuma terapi di JMC tok. Gak ada dateng-dateng lagi ke hermina. Dan lucunya, pihak hermina juga gak ada tuh nelepon nanyain kabar Raka. Menyebalkan ya..

Pasalnya sebulan yang lalu ada kejadian sangat tidak menyenangkan di hermina yang bikin gw jadi mulai males deh nganter Raka terapi lagi disana. Berawal dari terapisnya Raka ternyata cuti, tapi ngga ngasih kabar sama sekali. Minimal sms kalau dia hari itu berhalangan. Tapi ngga ada sama sekali, sedangkan gw+Raka sudah tiba di hermina, siang-siang pulak panas-panasan naik motor dianter omanya Raka. Ternyata terapisnya gak ada. Bete kan tuh.

Akhirnya daripada sia-sia udah jauh-jauh dateng tapi ngga terapi, (disaranin sama ibu-ibu yang anaknya terapi juga) ya udah minta sama terapis yang kebetulan kosong aja jadwalnya. Akhirnya ada satu terapis lagi nganggur, dia sih bilang oke aja terapi sama dia tapi cuma sampai jam 11 aja, waktu itu jam sudah menunjukkan 10.30, sedangkan jadwal terapi raka biasanya jam 10.15, brarti cuma dikasih waktu 30menit dari yg biasa per sesi terapi adalah 40menit. Gw pikir okelah, gapapa daripada sia-sia. But what? Gak sampe 20menit, Raka udah keluar dan sesi terapi berakhir. Euh..? Bingung kan? Mo protes juga ga bisa lah. Udah bayar di kasir. Nyesel dan kesel. Efektif gitu cuma 20 menit terapi? Belum juga kering air mata Raka dipaksa masuk ruang terapi, eh udah selesai lagi.

Dan itu satu dari beberapa alesan gw lebih milih hengkang deh dari hermina. Salah satunya lagi karena masalah observasi periodik ke tim dokter tumbang. Setelah pertama kali konsul di tim dokter tumbang anak di hermina bulan desember tahun lalu. Berarti sekitar 7 bulan lalu, sampai sekarang Raka belum konsultasi lagi sama dsa/psikolog. Padahal seharusnya periodik per 3 bulan rutin ada observasi ke tim dokter. Tapi gatau kenapa pihak terapis Raka di hermina gak juga ngasih rujukan untuk konsultasi ke tim dokter. Tiap kali ditanya, 'kapan Raka harus konsul dokter lagi?'. Jawabnya selalu,'nanti ya bu kita kabari'. Tapi ngga juga tuh sampai sekarang. :|

Dan itu menyesatkan, sangat. Setidaknya gw dan suami butuh banget penjelasan dan masukan yang pasti tentang kondisi Raka. Karena percuma nanya sama terapis, yang diceritain cuma aktivitas yang sama berulang-ulang setiap kali terapi.

Beberapa waktu lalu, lupa tepatnya kapan. Ceritanya mau cari 2nd opinion ke klinik tumbang lain. Kita nemu KTK satriakid didaerah kranji, akhirnya buat janji konsultasi. Pengennya sih konsultasi sama psikolognya, cuma jadwalnya hari sabtu dan sudah penuh katanya. Jadi kita ditawarin konsultasi terapis hari minggunya. Okelah kita iyain. Bertemulah dengan Pak Han, kepala terapis di satriakid katanya. Beliau cerita panjang lebar tentang penanganan ABK dan metode terapi. Dan intinya Raka disarankan untuk terapi SI dan Okupasi. Dan hasil bertanya tentang kondisi Raka, beliau mengatakan Raka termasuk anak hiperaktif. 

Hmm... :|

Setelah itu kita belum kasih keputusan mau ikut terapi di satriakid atau ngga. Mengingat lokasinya jauh bener, lebih jauh dari jarak rumah ke hermina. Jadi opsi kita tetep JMC dulu aja deh karena lebih deket ke rumah mama, jadi bisa numpang neduh after terapinya Raka.
Rasanya masih belom puas nyari tau tentang keistimewaan Raka. Akhirnya nyari 3rd opinion deh. Kebetulan terapi SI di JMC juga udah lebih dari 24x pertemuan, kemarin terapis di JMC nawarin konsul dengan dokter Anita di JMC. Akhirnya gw iyain deh,  jadwalnya hari ini jam 1 siang tadi.

Finally, ketemu dokter yang enakeun buat ditanya-tanya. Karena sebelum-sebelumnya gw cuman manggut-manggut aja kalo ditanya dokter sambil gak nyerap penuh infonya. Dan tadi gw banyak nanya dan minta saran. Begitu gw tanya tentang diagnosa Raka sebenernya apa. Beliau bilang, Raka ada ke arah autis, tapi Raka ada kontak mata. Sedangkan anak yang benar autis biasanya tidak ada kontak mata sama sekali. *iya gitu?* Berasa minim info gini deh.. blank jadinya.

Well, itulah...banyak opini banyak hasil. Beda-beda pula. Dari speech delayed, hiperaktif, autis. Apa lagi label Raka nanti? Who knows lah, yang paling penting tindakan tepat yang harus diberikan untuk Raka.
Intinya : NO TELEVISION and NO GAME and MORE STIMULATION. Padahal selama ini tuh hiburan Raka sehari-hari. >_<' *Ya Allah, gw berdosa banget deh sama Raka*

Semangad ah, de..
Do best for Raka!!! ^^

Sunday, June 16, 2013

Cerita Raka - Labeling itu perlu?

Beberapa minggu belakangan, kami (saya dan ayahnya Raka) berkutik tentang seputar masalah diagnosa pasti tentang Raka. Apakah memang hanya 'speech delayed' atau ada kecenderungan ke arah lain. Karena semakin kesini, sifat-sifat unik Raka mulai muncul dan makin terlihat berbeda dengan anak seumurannya. Dalam hal komunikasi dan bersosialisasi Raka sudah jelas tertinggal.

Beberapa waktu lalu, saya tenggelam dalam diskusi di sebuah group 'Room For Children' di salah satu group situs jejaring sosial. Ada artikel mengenai 'Mengenal autisme pada anak', dan itu menggelitik saya untuk mencocokkan salah satu bahkan semua ciri autism dengan Raka. Dan cocok. Itu menurut saya. Raka punya sebagian ciri autistik, begitu batin saya berucap.
Benarkah? Memang sampai sekarang, kami belum lagi mencoba konsultasi dengan dsa atau psikolog anak yang ahli dibidang ini. Masih praduga aja tentang sifat autistik-nya Raka. Tapi saya yakin, ada sesuatu yang salah. Jadi bertanya-tanya sendiri, jangan-jangan selama 6 bulan terakhir raka terapi SI itu tidak sesuai. Harusnya perlu penanganan lebih tepat, entah apa itu saya sendiri belum punya informasi yang cukup.

Sedih. Bingung. Kesal.

Bukan kesal karena keadaan Raka, tapi lebih kesal ke diri sendiri. Kenapa saya bertindak lambat, dan tidak giat menggali informasi. Saya jadi sering menyalahkan diri sendiri.

Saya juga sedikit merasa menyesal karena merasa sudah membuang waktu 6 bulan yang berharga kemarin hanya dengan memberikan terapi SI di KTK saja. Tanpa saya sendiri melakukan sesuatu di rumah, karena saya masih bingung harus berbuat apa. Bahkan seringkali saya berlebihan meluapkan emosi pada Raka. 

Ah. Menyesal.

Seringkali juga hari-hari yang kami lewati hanya berujung pada tangisan kami berdua ditengah rumah. Saya yang menangis karena emosi, dan Raka yang menangis karena kepolosannya.
Ya Allah.. Maafkan bundamu ini, nak.. :'(

....

Mengenai masalah anak berkebutuhan khusus ini, sepenting apakah label diberikan? Berdasarkan diskusi di forum yang saya sebutkan diatas, dra. Dyah Puspita, Psi. seorang psikolog yang mendalami tentang autism dan juga memiliki anak autistik,  menegaskan, agar kita para orang tua yang memiliki ABK seharusnya lebih fokus pada SOLUSI, daripada hanya sekedar sibuk memberi label kondisi si anak.

Saya setuju dengan pendapat itu, tapi kadang masih ada sedikit kegalauan juga, dimana dan bagaimana saya mencari solusi yang tepat. :'(

Sejujurnya kalau ada orang yang mau mengajari saya untuk bagaimana memberikan pendidikan dan terapi di rumah atau setidaknya memberitahu apa saja informasi tentang apapun yang berkaitan dengan pencarian solusi yang harus saya ambil, saya bersedia belajar dari awal. Tolong bantu saya.. :(

Sungguh, saya awam. Keluarga pun tidak ada yang membantu. Mereka hanya bisa bertanya, kenapa ini, kenapa itu, kenapa bisa begini begitu dsb. Hanya bisa menyalahkan. Tapi tidak memberi solusi.

Seperti biasa.

Memang kenapa kalau anak saya ternyata autis? I love him more than anything. Dan Insyaallah, saya menerima semua keadaan ini. Yang saya perlu saat ini hanya dukungan dan informasi.

Itu saja.

Semoga kami bisa secepatnya memberikan solusi yang tepat untuk Raka. Rasanya setiap detik waktu ini sungguh berharga.

Sungguh berharga.

Friday, May 31, 2013

Cerita Raka - Another Therapy Places

Long time no blog... :) Pengen cerita tentang terapinya Raka lagi.
Umur Raka sekarang udah 2 tahun 2 bulan (26m).. Dan yeap, sampai sekarang masih aja belum ada perubahan dengan bicaranya. Masih emoh nerima perintah, masih susah diajakin niru dan masih belom juga mengeluarkan satu kata yang bener-bener ada artinya. Tetep cuman keluarnya "mamamama", "mimimimi", "pipipipi", "bibibibi".. dan berbagai babbling yang ga jelas. 

Jadwal terapi Raka tadinya cuma 1x seminggu, di KTK Hermina Bekasi Barat. Karena tiap kali minta jadwal lain supaya terapinya nambah, susahnya ampun deh. Selalu bilangnya waiting list. Atau bilangnya cuma "Masalahnya pasiennya banyak, tapi yang lulus sedikit". Jadi gak ada jadwal kosong lagi. Sempet kesel sih, agak down juga, kalo Raka terapi cuma 1x seminggu dan cuma 40menit per sesi, kayaknya gak akan optimal deh terapinya. Dan berbekal tanya ibu-ibu yang terapi juga di Hermina, ternyata banyak yang anaknya gak cuma terapi di Hermina. Tapi di beberapa tempat, salah satunya di JMC. Wow, ternyata di JMC ada klinik tumbuh kembangnya. Sumpah baru tau. Itu rumah sakit kan deket banget sama rumah mama, yang selama ini gw tinggal sedari kecil. Hohoho. 

Akhirnya minta pendapat si akang buat coba cari jadwal terapi di JMC, dan dia setuju. Jadilah kami sempetin untuk konsultasi ke terapis di JMC untuk minta jadwal terapi. Biasanya orang yang mau terapi kan harus konsultasi dulu dengan psikolog atau dsa yang ada disana, atau at least kalo emang cuma mau pindah tempat terapi, ada surat rujukan dari dokter/psikolog di tempat lama. Tapi Alhamdulillah, kami gak perlu loh konsultasi ulang atau pake surat rujukan. Tinggal nentuin jadwal terapi SI dan nunjukin buku catatan terapis selama Raka terapi di Hermina. Alhamdulillah banget kan. Jadi udah dua bulan belakangan ini, Raka terapi di dua tempat.. di JMC dan Hermina. Dan Alhamdulillah lagi, mulai minggu ini juga jadwal di Hermina nambah lagi jadi 2x seminggu. Jadi total terapi Raka 2x di JMC dan 2x di Hermina, jadi 4x seminggu terapi SI. 

Loh koq gak sekalian terapi wicara?
Nah itu lah masalahnya, dua-duanya tempat terapi itu memberikan pernyataan yang sama, "Raka kayaknya belum bisa dimulai terapi wicaranya, karena anaknya belum siap"...

Oh No. Jadi kapan siapnya?

Masalahnya, berasa berpacu dengan waktu. Raka makin gede, tapi belum ada hasil maksimal. Semua cuma bilang sabar, sabar dan sabar. Emang sih, bukannya gw gak sabaran. Tapi kesal dengan waktu ini loh, Raka sebentar lagi masuk ke usia pre-school. Pengennya gw, Raka bisa sekolah normal. Tapi terbentur dengan anaknya belum bisa bicara. Jadi serba salah. Sedangkan sampe sekarang pun, Raka belum ada tuh konsultasi lagi tentang diagnosa sebenernya. Apa bener anak ini cuma speech delayed? Gak jadi yang lain? Deg-degan rasanya, masih terus bertanya-tanya. Sebenernya anak gw ini kenapa sih? :'(

Ya. Begitulah. Raka sampai sekarang belum ada peningkatan signifikan. Bahkan hampir 6 bulan terapi SI ini, belum ada menunjukkan sifat patuh. Bahkan mood-nya naik turun, sampe sekarang pun tiap masuk ruang terapi, nangiiiiis mulu. Nangis pas masuk aja sih, pad udah di dalem mah anteng main.. Hehehe.. Tapi sedikitnya mah ada koq perubahan dari segi konsentrasinya. Raka udah bisa fokus, fokus kalo ayah/bundanya ngajak ngobrol (walau gak lebih dari 10 detik) :-P Udah gak gampang ngamuk kalau puzzlenya gak beres-beres, udah bisa numpuk mainan donat dari yang terbesar sampai terkecil.. Insyaallah,  walau bertahap tetap ada peningkatan sekecil apapun.

Cuma perlu bersyukur lebih banyak deh, Allah kasih Raka jarang sakit, Alhamdulillah sehat terus dan tambah lincah. Mudah-mudahan ada jalan keluar buat kami. 
Jagalah malaikat kecilku, Ya Allah.. :')
Aamiin.

Sunday, March 17, 2013

New Look

How is my new blog header? Cute, isn't it? Hehehehe... :P
Tiba-tiba iseng pengen ganti header blog, eh jadinya koq girly dan kekanakan gini ya? :D Biarin deh, yang penting suka-suka hatiku sajah. Toh aku kan emang cewe, manis dan masih muda juga. *deuuuuh, penyakit narsis kumat*

Dari tadi ngulik sotosop, image editor, kode html dan css, dan berbagai template blog. Wow, I already missed them a lot. Deg-degan looh, padahal biasa aja ya. Tapi dah lamaaaa banget rasanya gak ngulik-ngulik gini. Biasa ngulek bumbu dapur, sekarang ketak-ketik lagi di leptop. Amaze deh masih bisa, walo bantuan tools lebih banyak timbang bikin sendiri. Heheheh... Plus jadi bantuin si ayah juga bikin header website project-nya. Alhamdulillah, sedikit tapi berguna :')

Somehow,
I missed about these coding things... :|